JAKARTA, NNC - Matahari perlahan kembali ke peraduannya, di sudut Utara Jakarta sejumlah siswa berseragam asik menggocek dan berebut si kulit bundar, tepat di bawah kolong Tol Tanjung Priok.
Dengan teriakan penuh semangat diiringi gemuruh kendaraan dan suara klakson yang bersahutan, mereka memanfaatkan lahan kosong yang terdapat di kolong jalan tol tersebut, sekadar melepas penat setelah menutut ilmu di bangku sekolah.
Minimnya lahan bermain, terutama lapangan sepak bola, membuat mereka terpaksa mencari celah untuk menyalurkan hobi walaupun mengundang risiko cukup tinggi. Bola plastik yang mereka mainkan tak jarang terlepas ke jalan raya, seakan ingin menyapa kendaraan yang melintas.
Suara adzan maghrib yang berkumandang menjadi tanda peluit panjang, tanda permainan telah usai. Perlahan anak-anak kembali ke peraduannya dan meneruskan hidup untuk masa depan.
Sayup-sayup terdengar lirik lagu Iwan Fals mengalun mesra di telinga, menutup senja sore ini.
"Anak kota tak mampu beli sepatu, anak kota tak punya tanah lapang. Sepakbola menjadi barang yang mahal, milik mereka yang punya uang saja. Dan sementara kita di sini, di jalan ini."