Sabtu, 16-January-2021 19:45

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat terjadi 32 kali gempa susulan di wilayah Majene-Mamuju pascagempa kuat Jumat (15/1) dini hari, aktivitas tersebut sangat rendah sehingga patut diwaspadai masih ada medan tegangan tersimpan yang dapat memicu gempa kuat.
"Jika mencermati aktivitas gempa Majene saat ini, tampak produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut. Sehingga gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik. Namun hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan (lack of aftershocks)," kata Koordinator bidang Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Menurut Daryono, fenomena tersebut agak aneh dan kurang lazim. Gempa kuat di kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan magnitudo 6,2 mestinya diikuti banyak aktivitas gempa susulan.
- BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Waspada Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang di Wilayah Ini
- Prof Zubairi Enggan Komentari Penggunaan GeNose Buatan UGM dan Pertanyakan Bukti Ilmiahnya
- Perintah Langsung Kapolri atas Aksi Koboi Polisi di Cengkareng: Pecat Tidak Hormat dan Proses Pidana
- Tahanan KPK Ikut Terima Vaksin Meski Bukan Prioritas, Firli: Kesehatan Adalah Hak Asasi Manusia
Gempa susulan terjadi pada Sabtu (16/1) pukul 06.32.55 WIB dengan magnitudo 4,8. Episenter terletak di darat pada jarak 29 km arah Tenggara Kota Mamuju. Pusat gempa ini relatif sedikit bergeser ke utara dari klaster seismisitas yang sudah terpetakan.
Gempa ini adalah gempa ke-32 yang terjadi sejak terjadinya Gempa Pembuka dengan magnitudo 5,9 pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB. Tetapi gempa ini menjadi gempa ke-23 pascagempa utama dengan magnitudo 6,2 pada Jumat (15/1) dinihari pukul 01.28 WIB.
"Jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan," ujar Daryono.
Dia menyebutkan ada dua kemungkinan yaitu fenomena rendahnya produksi aftershocks di Majene disebabkan karena telah terjadi proses disipasi, di mana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
Atau justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti.
"Fenomena ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik kita patut waspada," ujarnya seperti dilansir Antara.
Ia mengakui bahwa ini merupakan perilaku gempa, sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian.
Reporter : Irawan HP
Editor : Irawan HP
Tag