Minggu, 07-Februari-2021 09:00

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Politisi Partai Gerindra Fadli Zon mengomentari cuitan ekonom senior Kwik Kian Gie yang mengaku takut mengemukakan pendapat di media sosial lantaran diserang habis-habisan oleh buzzer.
Menurut Fadli, ketakutan Kwik Kian Gie itu menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia sedang turun drastis.
"Memang demokrasi kita sedang turun drastis," tulis Fadli di akun Twitternya, Sabtu (6/2/2021).
- PKS Sebut Jokowi Punya Tanggung Jawab Kudeta Moeldoko, FH: Tak Paham Politik?
- Kakak Felicia Tissue Klaim Adiknya Ditipu Secara Emosional dan Spiritual oleh Kaesang Pangarep
- Soal Manuver Moeldoko di Demokrat, Tengku Zul: Bosnya di Istana Aja Diam Bae
- Balas Cuitan 'Rezim Tumbang dengan Nista', Rustam: Ramalan Rocky Gerung Sering Meleset
Sebelumnya, Kwik Kian Gie mengungkapkan jika dirinya belum pernah merasa setakut saat ini dalam mengemukakan pendapat di media sosial.
Pasalnya, Kwik mengaku diserang habis- habisan oleh buzzer, bahkan sampai menyerangnya secara personal. Padahal, pendapat yang ia sampaikan bermaksud baik untuk memberikan alternatif atau masukan bagi pemerintah.
"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dengan maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis-habisan, masalah pribadi diodal-adil," tulis Kwik Kian Gie di akun Twitternya, Sabtu (6/2/2021).
Kwik lantas membandingkan apa yang dialaminya saat ini dengan era Presiden kedua Soeharto. Ia mengatakan, di era Soeharto, dirinya masih merasa leluasa dalam mengutarakan pemikiran.
"Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik-kritik tajam. tidak sekalipun ada masalah," cuit mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri itu.
Pada cuitan lainnya, Kwik menyebut dirinya masih satu partai dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni PDIP. Ia juga mengaku memiliki hubungan yang sangat baik dengan Ketum PDIP yang juga Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Namun demikian, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu menegaskan bahwa dirinya tak mau menjadi penjilat atau cari muka demi mendapatkan jabatan.
"Pak @.Marquez, saya ini sejak tahun 1987 kan kader PDI sampai menjadi PDIP, mengalami Kongres Medan dan Surabaya dan tetap kader sampai saat ini. Satu partai dengan Pak Jokowi. Tapi kan tidak lantas harus menjilat terus dan mencari muka terus? Hubungan dengan Mbak Mega masih super," kata @kiangiekwik.
Reporter : Adiel Manafe
Editor : Irawan HP
Tag