Kamis, 03-December-2020 10:25

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengakui Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) adalah tokoh besar yang harus diperhitungkan.
Pernyataan ini disampaikan Ridwan Saidi menanggapi berbagai macam tindakan yang diterima HRS. Salah satu diantaranya adalah penurunan baliho-baliho atas intruksi Pangdam Jaya Dudung Abdurachman.
"Gerakan pertama nurunin baliho. Itu tidak mewakili pikiran dan pendapat TNI," tegas dia, dikutip dari pernyataan di kanal Youtube Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun, Kamis (3/12/2020).
- Rekening FPI Terdekteksi Aktivitas Transfer Antar Negara, Eko: Teriak Aseng, Asing Nyatanya Mereka ....
- DS: Turut Berduka Cita untuk @tni_ad atas Gugurnya Putra Terbaik Melawan Teroris di Papua
- Gugur Tertembak KKB di Papua, Jenazah Praka Roy Vebrianto Tiba di Rumah Duka
- Namanya Diseret Pandji, Thamrin Tamagola Bantah Sebut Muhammadiyah dan NU Elitis
Buktinya, Ridwan Saidi melihat ada banyak tanggapan atas tindakan Dudung oleh kalangan tokoh dan pejabat tinggi TNI. Baginya, ini juga terkait dengan hubungan TNI serta rakyat beragama Islam dan diharap tidak terganggu atas kasus penurunan baliho.
"Saya kira kerjasama waktu hadapi PKI, TNI dan Islam hadapi dengan formula 2H jadi 1. Dua hijau jadi satu. Tidak boleh terganggu oleh peristiwa Dudung dan Petamburan," jelas dia.
Maka dari itu, Ridwan Saidi menilai ada pihak yang memerintah Dudung tetapi "bukan dari jalurnya". Pihak yang memerintah diduga berasal dari "jalur yang membantah". "Itu faktanya," tegas dia.
Selain penurunan baliho, ada juga tindakan show of force di dekat markas FPI. Kendaraan perintis bunyikan sirine besar. Diketahui itu dilakukan oleh komando operasi khusus, pasukan elit TNI yang langsung dibawah Panglima TNI dan bisa jalan di bawah perintah Presiden.
"Itu pengakuan bahwa Habib Rizieq adalah tokoh besar, in direct. Sadar atau mereka tidak sadari, mengerahkan pasukan, membunyikan sirine, di Petamburan sebuah pengakuan," jelas dia.
Lebih lanjut Ridwan Saidi imbau agar politik dilihat secara keseluruhan bagai "helikopter", bukan dilihat dari bawah.
"Kepala dongak ke atas, leher pegel dikerok pakai uang 2,5 sen (uang koin). Itu (HRS) bukan sembarangan tokoh. Habib dapat perhatian internasional jangan diabaikan. Tokoh diperhitungkan," ujar dia.
Reporter : Martina Rosa Dwi Lestari
Editor : Sulha Hndayani
Tag